

KUALA KAPUAS,KaltengEkspres.com – Dalam rangka memantapkan dan memperkuat ketahanan pangan, Pemeritah Kabupaten Kapuas melaui Dinas Pertanian setempat terus berinovasi dan mencari terobosan untuk mengembangkan pertanian didaerah itu.
Kepala Dinas Pertanian Kapuas Ir Anjuno Bhakti MM mengatakan bahwa pihaknya di setiap Kecamatan berbeda stateginya dalam mengembangkan pertanian karena masyarakat didaerah itu terbagi dalam beberapa segmentasi seperti warga transmigran yang berasal dari Jawa, NTB, Bali atau Sunda, dimana mereka lebih suka mengkonsumsi dan menanam padi jenis unggul seperti padi impara,impari, hibrida,IR 42 untuk sekali tanam
“Sementara kita di Kapuas ini masyarakatnya orang Banjar dan Dayak lebih banyak menanam padi jenis lokal seperti siam unus, karang dukuh yang notabene masa tumbuhnya itu lama antara 6-7 bulan baru bisa panen.”kata Anjuno saat dibincang Kalteng Ekspres.com belum lama ini.
Sebenarnya lanjut dia, di Kapuas dari tahun 2017 sudah mencanangkan dan mengembangkan padi jenis IPB 1R Dadahup dan sekarang sudah menjadi ikon. Ini adalah hasil kawin silang antara siam mutiara dan padi unggul maka didapatlah jenis IPB 1R Dadahup ini.
Menurut Anjuno benih ini awalnya dikembangkan oleh Prof Azrial orang Dayak Bakumpai seorang guru besar di IPB Bogor dan jenis padi atau beras ini sesuai dengan selera orang Banjar dan Dayak.
“Siam unus atau karang dukuh itu mahal harganya namun produksinya rendah serta waktunya juga lama, sedangkan IPB 1R Dadahup ini rasanya sama dengan siam unus atau karang dukuh, waktunya pendek hanya 3 bulan setengah sudah bisa panen, harganya juga hampir sama dengan siam unus.” kata Anjuno.
Sementara untuk jenis IPB 1R DADAHUP ini bisa sampai 3 kali penanaman dalam setahun, contohnya seperti pada kelompok tani Bunga Mawar di Anjir ,hasilnya bervariasi tergantung musim tanamnya serta pemupukannya. Tapi rata rata hasilnya mencapai 4-5 ton per hektar.
“Pengembangan penanaman IPB 1R Dadahup ini lebih kita dorong untuk masyarakat Banjar dan Dayak, dulu 90 persen mereka menanam padi lokal sekarang 80-85 persen masyarakat Banjar dan Dayak lebih memilih menanam padi jenis IPB R Dadahup.” Jelasnya.
Masih dikatakan Anjuno, sebelumnya ada anggota DPRD dari Balangan,Tanah Bumbu, Hulu Sungai Tengah datang kesini. Mereka kita kasih ini merasa nyaman bahkan sampai mencari bibitnya agar bisa dikembangkan ditempat mereka
“Bibitnya ada disini dan kita kembangkan lewat penangkar penangkar yang ada agar masyarakat kita yang biasa menanam jenis lokal bisa berpindah memilih jenis benih IPB 1R Dadahup yang rasanya sama,hasilnya sama dan waktunya pendek, sehingga saat ini kita terus mendorong petani untuk mengembangkan dan menanam padi jenis unggul IPB 1R Dadahup karena ini jenis spesifik lokal beras Kapuas,” tandasnya. (yan/rif)