

Menurutnya langkah ini terpaksa dilakukan lantaran sekolah kesulitan membayar gaji guru honorer. Kendati demikian ia membantah jika dituding meminta kembali sebagian dana insentif untuk mengganti gaji yang telah diberikan pada anak buahnya itu.
“Tidak benar itu. Memang ada rekaman percakapan kami saat membahas hal itu. Entah lagi kalau saya terbawa emosi. Maunya yang saya potong itu sekarang sampai Desember. Sayang dari Januari itu biarkan. Kalau kalian mau memberikan saya, saya bilang enggak masalah karena untuk honor wali kelasnya,”paparnya.
Dikataknya, bahwa kejadian tersebut hanya misskomunikasi antara guru tersebut dengan pihaknya. Lantaran para guru ini tela mendengar pihak sekolah suda tak bisa lagi menggaji mereka Rp1 juta. Bahkan kata dia, untuk menggaji sebanyak 14 orang honorer di sekolah setempat, sekolah terpaksa berutang pada pihak lain.
Hal ini terjadi saat kewenangan pengelolaan SMA/SMK dialihkan ke Pemerintah Provinsi. Sehingga pihaknya tak lagi mendapatkan dana dari pemerintah kabupaten.
“Utang sekolah saat ini sudah mencapai Rp40 juta. Kami berharap bisa membayar utang dari iuran Komite Sekolah atau dana Program Indonesia Pintar cair. Namun Iuran komite tersendat lantaran masyarakat pesisir tempat sekolah itu berada mayoritas berprofesi nelayan dan kini tengah kesulitan ekonomi akibat musim pancaroba,”tandasnya. (hm)