SAMPIT, KaltengEkspres.com – Perjuangan berat dilakukan oleh anggota Satgas TMMD Reguler ke-109 di Kecamatan Pulau Hanaut.
Pasalnya, untuk menyelesaikan rehab jembatan mereka harus mendistribusikan material dengan cara terjun ke sungai, karena perahu yang membawa material tidak bisa mencapai lokasi rehab jembatan akibat air sungai yang surut dan sempit.
Material berupa papan untuk lantai jembatan dibongkar secara perlahan dari kapal dan disambut oleh anggota Satgas TMMD yang sudah ada di sungai. Kemudian material tersebut digeser perlahan oleh belasan anggota Satgas yang di dalam sungai hingga samlai di lokasi rehab jembatan.
Kondisi tersebut membuat distribusi material memakan waktu yang lama dan sangat melelahkan. Untuk bongkar material dari satu kapal peelu waktu beberapa jam. Belum lagi kerawanan adanya ancaman lain di sungai seperti ular dan buaya.
Komandan Kodim 1015 Sampit Letkol Czi Akhmad Safari SH mengungkapkan, salah satu tantangan terberat melakukan rehab jembatan di daerah terisolir ini adalah proses pergeseran atau pendistribusian material. Pasalnya akses menuju titik sasaran seperti rehab jembatan hanya bisa diakses lewat jalur sungai.
“Kalau membawa material melewati jalur darat itu sulit, karana angkutannya yang tidak ada,” tandasnya.
Dandim menambahkan, meski banyak kesulitan yang dihadapi, namun mereka optimistis kegiatan TMMD Reguler ke-109 akan berjalan lancar dan selesai sebelum waktu penutupan yaitu tanggal 21 Oktober 2020. (adv)