

SAMPIT, KaltengEkspres.com – Ratusan petani sawit dan anggota lembaga swadaya masyarakat (LSM) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten (DPRD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kamis (20/12), sekitar pukul 10.45 WIB.
Aksi unjuk rasa ini dilakukan menyikapi anjloknya harga sawit, yang semula seharga berkisar Rp 1.500 perkilogram (kg)dan turun menjadi Rp 300-Rp500 kg.
Akibat anjlok harga sawit tersebut berdampak kepada turunnya perekonomian para petani buah sawit, bahkan biaya untuk memanen buah sawit dinilai tidak cukup.
Gahara, selaku pemimpin dan penanggung jawab unjuk rasa menilai, turunnya harga sawit tersebut akibat aksi boikot crude palm oil (CPO) Indonesia oleh uni Eropa. Akibatnya sejumah produsen di eropa seperti pembuat produk kesehatan, makanan ringan, salah satunya oreo tidak lagi menerima ekspor CPO dari Indonesia sebagai bahan baku utama.
“Masalah tersebut diduga karena kampanye hitam (black campaign) yang di lakukan oleh LSM luar negeri yang menyebut dirinya Grean Peace,”ungkap Gahara.
LSM tersebut lanjut dia, menuding perusahaan besar swasta (PBS) kelapa sawit telah merusak hutan hujan dan tidak ramah lingkungan. Walaupun pihaknya tidak menampik benar adanya oknum PBS yang nakal, namun kampanye hitam tersebut telah berdampak sistemik.
“Karena kita masyarakat petani sawit Kotim turut menjadi menjadi korban, dari kampanye hitam tersebut,”ujarnya. (pras)