SAMPIT, KaltengEkspres.com – Menjelang pesta demokrasi Pemilu Presiden (Pilpres) dan Pemilu Legislatif (Pileg) Tahun 2019, usaha percetakan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mulai ramai dilirik para calon dan tim sukses. Ini terlihat dari adanya peningkatan omzet atau pendapatan para pengusaha percetakan di Kabupaten Kotim.
Salah seorang pengusaha percetakan di Kabupaten Kotim Riskon Fabiansyah mengungkapkan, peningkatakan omzet sudah mulai terasa sejak dua bulan terakhir. “Figur-figur yang akan mengikuti pemilihan umum sudah banyak yang memesan dan membuat atribut seperti kaus atau spanduk untuk mereka melakukan sosialisasi,” terang pria yang biasa disapa Eko Syailendra ini kepada Kalteng Ekspres.com Senin (30/4/2018).
Menurut Eko, peningkatan jumlah pemasukan selama dua bulan terakhir mencapai 30 persen dibandingkan bulan-bulan biasanya. Atribut yang cukup meningkat pemesanannya antara lain pakaian olahraga, stiker, spanduk dan baliho.
“Biasanya bakal caleg (calon legislatif) ini memesan untuk diberikan pada kegiatan olahraga seperti sepak bola, atau kegiatan yang banyak massa-nya,”paparnya.
Dia memperkirakan peningkatan jumlah pesanan atribut untuk pemilu dan pilpres ke depan akan meningkat signifikan sekitar dua bulan sebelum pencoblosan. “Makanya kami juga sudah menyiapkan antisipasnya, seperti menyetok bahan baku dalam jumlah yang banyak mengantipasi melonjaknya permintaan,”ujarnya.
Kendati demikian, lanjut Eko, berdasarkan pengalaman masa lalu, pihaknya juga mengantisipasi caleg-caleg yang macet pembayarannya. Sebab itu, agar kasus caleg gagal bayar ini tidak terulang, pihaknya meminta DP (down payment) 50 persen.
“Pengalaman saya, sampai saat ini juga masih ada caleg yang belum melunasi tagihan mereka, padahal barang sudah diambil. Awalnya karena kenal atau berteman akrab, makanya tidak pakai DP, tetapi ada yang macet juga sampai sekarang. Makanya sekarang ini kita minta DP dulu. Di luar kita berteman, namun kalau masalah bisnis kita profesional saja,”urainya.
Terkait dengan bisnis percetakan ini, tambah Eko, tingkat persaingan cukup tinggi, khsususnya sesame pengusaha percetakan. Sehingga yang tidak bisa bertahan akan gulung tikar.
“Persoalannya, karena saat ini tidak ada keseragaman harga, sehingga murni persaingan usaha. Dampaknya, bagi yang baru memulai usaha percetakan dengan modal kecil akan sulit bersaing dengan yang pemodal besar. Apalagi kalau banyak yang macet, pasti tidak akan bertahan. Kalau ada keseragaman harga, mungkin bisa menolong pengusaha percetakan yang modalnya pas-pasan,”tandasnya. (MR)