PALANGKA RAYA, KaltengEkspres.com – Tim Survei Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Bukit Bamba dan Borneo Nature Foundation (BNF) Indonesia, menemukan potensi biodiversitas yang tinggi di Hutan Desa Bukit Bamba, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Dengan potensi tersebut, LPHD Bukit Bamba berharap hutan desa yang dikelolanya dapat dijadikan sebagai hutan penelitian bagi masyarakat dan lembaga pendidikan.
“Hasil survei Tim LPHD Bukit Bamba dan BNF menemukan banyak sekali jenis pohon dan tanaman obat, bahkan, kami masih ketemu dengan sejumlah orangutan yang berbeda-beda. Hal tersebut membuktikan bahwa satwa yang ada di dalam Hutan Desa Bukit Bamba ini masih cukup banyak,” kata Ketua LPHD Bukit Bamba, Herie Jakat, Senin (27/9/2021).
Sebagai bagian dari upaya untuk menjaga dan memanfaatkan secara lestari hutan desa ini, LPHD Bukit Bamba akan berkolaborasi dengan BNF untuk pengelolaan hutan desa di Desa Bukit Bamba. Harapannya, hutan desa ini dapat dijadikan untuk hutan penelitian bagi masyarakat maupun dari universitas.
Agar hutan desa dapat dikelola dengan baik, lanjut Herie, maka anggota LPHD tentunya membutuhkan pendampingan maupun pelatihan terkait kapasitas yang dibutuhkan. Dengan kapasitas yang ada saat ini, LPHD Bukit Bamba menyadari belum sanggup untuk menjaga dan mengelola hutan desa secara menyeluruh. Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk BNF, untuk dapat membantu dalam pengelolaan hutan desa dengan baik, terutama dalam pelatihan, pendampingan, serta penyediaan akses dan sarana.
Desa Bukit Bamba telah mendapatkan izin Perhutanan Sosial dengan skema hutan desa pada Februari 2021 yang lalu. LPHD Bukit Bamba bekerja sama dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Provinsi Kalimantan Tengah dan BNF Indonesia untuk mengelola HD Bukit Bamba agar tetap terjaga keberadaannya.
Hutan Desa Bukit Bamba sendiri terbagi dari tiga area di lokasi yang berbeda dan salah satu area yang telah disurvei adalah area dua. Area ini memiliki luasan 350 hektare dengan populasi keanekaragaman hayati yang masih belum terdokumentasikan dan tercatat.
Sementara itu, Social Forestry Officer BNF Indonesia, Lilik Sugiarti mengatakan, hasil survei hutan desa Bukit bamba khususnya di area dua memang cocok sebagai hutan penelitian. Pasalnya, pihaknya menemukan individu orangutan liar yang berbeda ketika melakukan survei Hutan Desa Bukit Bamba.
“Ketika kami membuat transek bersama anggota LPHD kemarin sering bertemu dengan orangutan liar, owa-owa, kelasi, bahkan beruang dan kukang. Hutan Desa Bamba merupakan limpasan hewan-hewan dari perkebunan sawit yang ada mengelilingi,” ucapnya.
Menurut Lilik, keanekaragaman hayati yang banyak menunjukkan perlu adanya aktivitas maupun kegiatan yang berkelanjutan, sehingga dapat menjaga kawasan hutan dari perambahan maupun perusakan lebih jauh. Kegiatan itu dapat berupa penelitian, ekowisata, maupun patroli. Untuk itu, BNF Indonesia mengadakan pendampingan dan pelatihan yang diperlukan sesuai kebutuhan para anggota LPHD maupun masyarakat setempat.
“Dengan upaya ini, masyarakat Desa Bukit Bamba terus bersemangat untuk menjaga hutan desa melalui berbagai macam kegiatan yang tentunya bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan,” pungkasnya. (hs)