Perlu Inventarisasi Tanah Sejak Dini di Pulau Hanaut

Anggota DPRD Kabupaten Kotim dari Dapil III, Eddy Mashamy

SAMPIT, KaltengEkspres.com  – Anggota DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dari Dapil III, Eddy Mashamy, menegaskan pentingnya inventarisasi kepemilikan tanah sejak dini dalam rencana pembangunan smelter senilai Rp160 triliun di Kecamatan Pulau Hanaut. Langkah ini dinilai menjadi kunci utama untuk mencegah konflik sosial dan memastikan proses investasi berjalan lancar.

Menurut Eddy, pemerintah desa dan kecamatan harus segera melakukan pendataan secara tertib dan transparan, mengingat sebagian besar lahan di Pulau Hanaut sudah dimanfaatkan masyarakat untuk perkebunan, pertanian, dan perikanan.

“Inventarisasi dini akan memastikan identitas pemilik sah dan alas haknya, sehingga tidak terjadi keributan atau sengketa setelah investor masuk,” ujar Eddy, Jum’at (22/10/2025).

Ia menekankan, data kepemilikan lahan menjadi dasar penting bagi penetapan batas tanah dan proses ganti rugi yang adil sesuai ketentuan PP No. 19 Tahun 2021 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Selain itu, pendataan yang tertib juga mendukung legalitas serta mempercepat administrasi dari desa hingga kabupaten.

Eddy mengungkapkan, saat ini calon lokasi smelter masih dalam tahap penelitian dan pendataan, termasuk kajian struktur serta kimia tanah oleh investor. “Rencana lokasi kini menyempit, dari semula mencakup Desa Babaung hingga Cemeti, menjadi dari Desa Bapinang Hilir Laut sampai Cemeti,” jelasnya.

Politisi yang dikenal vokal dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga mengingatkan agar investor memperhatikan infrastruktur dasar, lingkungan, dan tanggung jawab sosial (CSR). Pulau Hanaut, kata dia, masih tergolong daerah tertinggal dengan keterbatasan listrik dan air bersih, sehingga koordinasi dengan Pemda dan PLN sangat diperlukan

“Investasi besar ini harus memberi manfaat nyata bagi masyarakat lokal, membuka lapangan kerja, dan menggerakkan ekonomi daerah,” tegas Eddy.

Ia menilai, kolaborasi antara pemerintah daerah, investor, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan proyek smelter sekaligus momentum besar percepatan pembangunan di wilayah pesisir selatan Kotim tersebut. (to)

Berita Terkait