PALANGKA RAYA, KaltengEkspres.com – Guna menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, kompeten, dan berdaya saing tinggi, Wali Kota Palangka Raya, Fairid Naparin menggelar sejumlah pelatihan bagi masyarakat, salah satunya Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Gelombang I, di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) balai pelatihan kerja (BLK) Kota Palangka Raya.
“Pemberdayaan latihan kerja merupakan salah satu solusi untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan, serta meningkatkan kualitas para pencari kerja khususnya bagi masyarakat yang tidak mampu dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” katanya, Jum’at (19/3/2021).
Kegiatan pelatihan ini, sambung Fairid, merupakan kerja sama antara Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya dengan Kementerian Tenaga Kerja melalui Unit Pelayanan Teknis Pusat (UPTP) BLK Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), dan diikuti sebanyak 80 peserta, dengan lima pelatihan kejuruan, yakni pelatihan pengoperasian mesin bubut, pengelola administrasi perkantoran, computer operator assistant, service sepeda motor konvensional, dan pemeliharaan dan perbaikan AC rumah tangga.
“Jadi ini akan kami bagi menjadi 16 peserta di tiap kejuruannya. Hal in juga menjadi bentuk komitmen Pemko Palangka Raya, dalam meningkatkan kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan teknis sehingga dapat mewujudkan masyarakat Kota Palangka Raya yang memiliki kompetensi, integritas, serta daya saing dalam menghadapi arus globalisasi serta perkembangan teknologi yang semakin cepat,” ucapnya.
Hingga saat ini, sejumlah upaya untuk menekan angka pengangguran, baik melalui sejumlah pelatihan hingga mendukung perkembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), telah dilakukan Pemko Palangka Raya. Namun pada tahun 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Palangka Raya masih mencapai 5,95 persen.
Tingginya angka tersebut dinilai akibat tingkat pertumbuhan ekonomi di Kota Palangka Raya yang mencapai 7,17 persen, melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) yang hanya mencapai 2,95 persen.
“Istilahnya di mana ada gula, di situ ada semut. Secara teknis, pengangguran juga dipicu oleh perubahan status penduduk, bukan dari angkatan kerja menjadi angkatan kerja. Misalnya, mahasiswa yang telah lulus, sebagian masih tetap di Palangka Raya untuk mencari kerja,” pungkasnya. (Ra)