Kita Harus Tetap Waspada dan Taat dengan Prokes

Faridawati Darlan Aceh

PALANGKA RAYA, KaltengEkspres.co.id  –  Sampai saat ini Pandemi Covid-19 masih merongrong, tak terkecuali di Kota Cantik Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

Salah satu penyintas Covid-19 di Palangka Raya, Faridawaty Darlan Aceh, menceritakan bagaimana sampai terkena, selama masa perawatan dan usaha untuk sembuh dari penyakit ini

“Menyaksikan sahabat/keluarga/orang yg kita kenal 1 per 1 berpulang (wafat) karena terpapar Covid meninggalkan rasa sesak di dada. Sedih, duka dan trauma yang cukup dalam. Ada yang dengan penyakit dampingan namun ada juga yang tidak. Suami selalu menghibur saya dengang kalimat “Mah, itu sudah sampai umurnya,” ucap Wakil Ketua DPRD Kalteng ini.

Diceritakan Farida, bagaimana ia tidak trauma, karena ia bersama suaminya mengalami semua gejala covid itu. Merasakan sendiri sakitnya bagaimana. Awalnya hanya sakit flu meriang sejak 28-29 November 2020.  Tanggal 5 Desember dinyatakan positive covid dan tanggal 7 Desember baru bisa masuk dirawat di rumh sakit.

“Saat masuk rumah sakit di Kota Palangka Raya itu, saya sudah nyaris putus asa. Karena nafas seperti tinggal sepenggal sepenggal,” ungkap Ketua DPW Nasdem Kalteng.

Meski demikian katanya, tidak akan jenuh mengingatkan kita semua. Apalagi saat ini banyak berita tentang adanya covid varian baru yang konon 10 kali lebih menular juga mematikan.

“Saya saja trauma dengan yang disebut Covid ini. Nyaris saja saya abai dengan protokol kesehatan karena jenuh berbulan-bulan. Tapi saat dinyatakan positif kemudian kewaspadaan saya menjadi tinggi lagi,” kata Farida.

Farida mengingatkan kepada masyarakat agar tak tetap waspada dan tidak akan lelah dan bosan untuk berbagi pengalaman saat menjalani perawatan karena covid.

Sebenarnya covid itu menurut Farida 40 persen soal psikologi. Jadi sangat penting menjaga semangat dan optimistis bahwa kita akan bisa sembuh jika sampai kita terpapar. Gejala awal nyaris tidak terasa. Selama 2-3 hari setelah terpapar kita (tiap orang beda-beda) akan merasakan gejala flu biasa meski mungkin tidak sampai pilek, agak meriang, lesu dan tidak concern.

Kemudian hari ke 3-5 mulai ada batuk kering, hilang penciuman, bahkan ada yang sampai hilang rasa (hilang nafsu makan), persendian sakit, lesu, mudah marah (karena tidak nyaman), sakit kepala , meriang/menggigil tiap sore. Bisa terjadi demam diatas 37,5 derajat celcius. Hari ke 5-7 mulai sesak nafas, merasa seperti tenggelam, bisa terjadi mencret yang tidak biasa (berwarna), mual.

Saat sakit, awalnya dan belum disentuh perawatan rumah sakit, mengalami batuk dan atau disertai demam/flu, minum obat batuk (bagus obat batuk hitam), dextamine/dextametason, paracetamol/obat flu yang biasa diminum. Diminum 3 kali  sehari dan pakai antibiotic. Tidak lupa saya mengkonsumsi Vitamin C, D bahkan vitamin E, vitamin itu saya minum, pagi dan sore/malam. Kalau kelebihan tubuh kita akan secara alami mengeluarkannya. Jadi saya pikir gak apa-apa.

Saat sudah masuk perawatan rumah sakit selama 3 hari saya rutin minum kelapa hijau diberi lemon, madu dan sedikit garam. Namun saat di wab saya tetap positive covid. Lalu saya dapat masukan dari seorang kawan yang pejuang Covid juga dan dirawat di RS selama 3 minggu dengan 4 kali swab positive terus, akhirnya mengikuti saran unutk meminum rebusan daun salam sebagai pendamping obat dokter dan yang bersangkutan saat ini sudah sembuh.

Saya pun memiliki pengalaman yang sama. Setelah 3x swab hasilnya positive terus, saya putuskan untuk mencoba minum air rebusan daun salam 10 lembar untuk 1 botol/2 lembar per gelas, diminum 1-2 gelas per hari diselang seling dengan air rebusan jahe dan serai campur madu. Akhirnya swab ke 4 saya pun negative. Sementara suami saya swabnya masih positive. Dia tidak mau minum air rebusan itu katanya pakai obat dokter saja. Akhirnya sebelum swab ke 5, suami mengikuti jejak saya minum rebusan daun salam dan alhamdulillah swabnya sudah negative.

Sementara untuk obat hilang penciuman sesuai pengalaman saya adalah setiap hari saya memberi tisu beberapa tetes minyak kayu putih dan saya tempelkan di masker, dihirup sampai baunya hilang. Lalu bisa juga dengan kupas bawang putih, dibelah dan letakan dekat lubang hidung kita. Sekita 4-5 hari saja sembuh penciumannya.

Untuk membantu memulihkan hilang rasa di lidah, Bisa dilakukan dengan makan/mencocol buah pir/apel dengan garam himalaya (ini mujarab), saya langsung bisa merasakan makanan manis, asin, pedas. Kemudian berjemur sinar matahari pagi jam 10.00 Wib. Jangan lupa banyak berdoa. Hal ini  harus untuk menambah semangat. (hs)

Berita Terkait