Gawat! CPO Kembali Tumpah Ke Sungai Barito di Pelabuhan Jelapat

Buntok,KaltengEkspres.com – Minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali tumpah mencemari  perairan di wilayah Darah Aliran Sungai (DAS) Barito, akibat saat mengisi di pelabuhan Jelapat Kabupaten Barito Selatan (Barsel) selang sambungan dari truk tangki menuju Tongkang (Fleksibel Tanker Minyak Discahrge Hose ) terlepas dan diduga hampir semua isi mobil tangki yang berisikan satu ton CPO milik PT. Rifqi Maju Jaya (RMJ) tumpah ke Sungai Barito, Selasa (19/5/2020).

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh kapten Kapal Tugboat (TB) Sevent penarik Tongkang dengan nomor lambung GT. 984, Jainiri, insiden tumpahnya CPO milik PT. RMJ tersebut, terjadi sekitar pukul 05.30 WIB, di Pelabuhan Jelapat, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Selasa (19/5/2020).

“Kejadian itu karena sambungan selang dari Truk terlepas, sehingga mengakibatkan minyak (CPO) tumpah dan luber ke sungai. Jadi kesalahan itu terjadi bukan dari pihak kami (kapal), namun pihak darat yaitu truknya,” Jelas Jainuri kepada awak media.

Ditempat yang sama Mardiansyah, selaku perwakilan perusahaan pemilik CPO, atau owner menjadi khawatir dan menolak untuk melanjutkan pemindahan minyak sawit tersebut dari truk dimaksud kedalam Tongkang.

“Makanya kita menolak untuk melanjutkan kegiatan, kita suruh pulang truknya, bawa balik semua itu CPO sisa tumpah. Kita tidak mau nanti disalahkan oleh owner, kan (jumlah tonase) minyaknya sudah berkurang karena tumpah itu,” kilahnya.

Informasi yang dihimpun Kalteng Ekspres.com, peristiwa tumpahnya CPO ke Sungai Barito di Pelabuhan Jelapat, bukanlah untuk yang pertama kalinya terjadi. Bahkan setahun sebelumnya, yakni tahun 2019 juga pernah terjadi insiden serupa yang membuat Sungai Barito dari wilayah Kota Buntok dan Desa Danau Sadar, Desa Baru serta desa desa sekitarnya menjadi tercemar.

Kejadian pencemaran lingkungan itu, kemudian mendapatkan sorotan serius oleh beberapa lembaga seperti LPLHN dan LP3KRI, sebagaimana disampaikan oleh Koordinator LPK3RI Barsel, Latif Kamarudin, bila peristiwa serupa terus terjadi, pihaknya khawatirkan bisa menjadi ancaman serius bagi kelestarian lingkungan hidup, karena dapat mempengaruhi kadar oksigen bawah air serta akan mengganggu ekosistem yang berada di sekitarnya.

“Apalagi di tengah kondisi banjir seperti saat ini, bisa jadi pencemaran tersebut langsung masuk ke rumah-rumah warga yang berada di sekitar tempat kejadian dan itu sangat merugikan masyarakat kita,” jelasnya.

Untuk itu, salah satu tokoh LSM di Barsel tersebut, menekankan penting bagi pengelola pelabuhan yang dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah melalui Dinas Perhubungan Barsel, seharusnya bertanggungjawab atas apapun yang terjadi di pelabuhan Jelapat.

Mengingat, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2018, pelabuhan Jelapat hingga saat ini tercatat sebagai salah satu aset daerah penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) setempat, dengan diberlakukannya pungutan retribusi bagi setiap aktivitas yang dilaksanakan di pelabuhan itu.

“Jadi pertanyaan kita saat ini, adalah bagaimana tanggungjawab pengelolaan pelabuhan Jelapat oleh pemkab Barsel melalui Dinas Perhubungan selama ini? Terus dikemanakan dana yang masuk dari industri yang memanfaatkan pelabuhan tersebut, seperti industri kelapa sawit, penumpukan pasir dan kerikil, labuh tambat kapal tongkang dan kapal tiung, serta bongkar muat rotan?,” katanya.

Masih dikatakan pria yang akrab disapa Latif lagi, apabila pengelolaan pelabuhan itu dilaksanakan secara profesional, ia optimis sektor tersebut bisa dijadikan sumber PAD unggulan bagi Barsel.

Selain itu, dengan adanya pengelolaan yang profesional, dirinya yakin kejadian serupa tidak akan terulang lagi dikemudian hari.

“Kalau pelabuhan dikelola secara profesional dan dengan managemen berbasis standar operasional (SOP) yang bagus, kita yakin serupa dapat diminimalisir sekecil mungkin.” tegas Latif

Ditempat terpisah, Kepala Dishub Barsel, Ir. Daud Danda ketika ditemui oleh awak media di Kantornya, Selasa (19/5/2020) sekitar pukul 13.48 WIB guna mengkonfirmasi kejadian itu, menolak untuk bertemu dengan alasan sedang tidur di ruang kerjanya dan menurut keterangan salah satu pegawai Dishub, yang bersangkutan sedang istirahat.

Namun setelah mencoba menghubungi via seluler sekitar pukul 17.20 WIB, Daud baru bisa terhubung dan kemudian memberikan keterangan terkait permasalahan tersebut.

“ Itukan tidak ada masalah disana, informasi orang saya bahwa ada terjadi kebocoran sedikit saja.” ujar Daud via seluler.

Selanjutnya, Daud berkilah bahwa dengan adanya kejadian tumpahnya CPO ke Sungai Barito, itu bukan tanggungjawab pihaknya, pasalnya menurut dia tidak ada kerugian apapun yang diterima oleh masyarakat atas peristiwa tersebut.

“Dan itu yang rugi siapa? Tentu yang punya, bukan kita juga,” kilah Daud.(rif)

Berita Terkait