Jadi Peserta JKN-KIS, ASN Kotim Merasa Terbantui Saat Cuci Darah

Elon Gultom saat memperlihatkan kartu JKN-KIS ketika berada di ruang hemodialisa di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya.

PALANGKA RAYA, KaltengEkspres.com – Sejak didiagnosa oleh dokter menderita penyakit ginjal kronis (PGK) atau yang sering disebut dengan gagal ginjal pada tahun 2017. Elon Gultom (54), seorang aparatur sipil negara (ASN) yang bertugas di salah satu dinas di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), harus rutin menjalani terapi Hemodialisa (cuci darah) di rumah sakit dalam rangka membantu menjaga kondisi kesehatannya.

Pria yang berdomisili di Kota Palangka Raya ini, harus rela menjalani terapi Hemodialisa sebanyak dua kali seminggu di RSUD dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya. Dengan kondisinya sekarang, ia harus tinggal di Kota Palangka Raya dan berpisah dengan keluarganya yang ada di Desa Waringin Agung, Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur.

Kepada awak media, di RSUD dr. Doris Sylvanus, Rabu (24/4/2019), Elon mencurahkan, seluruh perasaannya terhadap adanya program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) saat ini.

“Saya sudah menjadi peserta Askes (PT. Askes Persero-red) sejak tahun 2000, jadi sudah sekitar 19 tahun saya menjadi peserta Askes yang telah berganti menjadi BPJS Kesehatan. Saya sudah merasakan banyak sekali perubahan dan perbaikan dalam pelaksanaan program JKN ini,”ungkapnya.

<

Diantaranya lanjut dia, kalau dulu yang bisa merasakan jaminan kesehatan hanya peserta Askes yang merupakan pegawai pemerintah, sekarang semua masyarakat sudah bisa merasakan manfaat program JKN-KIS.

“Masyarakat sudah tidak perlu lagi untuk takut berobat karena sudah ada yang menjamin, tentunya harus sesuai prosedur yang ada,”tutur Elon.

Elon bersyukur dengan adanya program JKN-KIS ini, karena dirinya merasa terbantui dalam penjaminan pembiayaan pelayanan kesehatan yang saat ini sedang ia dapatkan.

“Dulu saya cuci darah sebagai pasien umum dan membayar sendiri, ternyata sangat mahal biayanya. Untuk sekali cuci darah saja, saya harus membayar sebesar Rp. 1,2 juta. Bahkan saya harus melakukan cuci darah sebanyak dua kali dalam seminggu. Bisa dibayangkan berapa uang yang akan saya habiskan dalam 1 bulan untuk cuci darah tersebut,”ucapnya.

<

Untungnya lanjut dia, dirinya menjadi peserta JKN-KIS sehingga biaya cuci darah hanya diklaim dari pembayaran iuran BPJS Kesehatan. Sehingga sangat membantu dirinya, yang telah menjalani cuci darah sejak tahun 2017 sampai sekarang.

Pada kesempatan itu ia memberikan saran dan masukan kepada BPJS Kesehatan untuk meningkatkan akses pembayaran dan pendaftaran pada setiap kecamatan yang ada di Pulau Kalimantan. Hal ini supaya program JKN-KIS tetap berjalan secara berkelanjutan demi membantu masyarakat Indonesia yang sedang membutuhkan. “Terimakasih banyak, saya seperti merasakan jutaan cinta dari peserta JKN-KIS di luarsana,” tandasnya. (as/hm)

<

Berita Terkait