PANGKALAN BUN, KaltengEkspres.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meterologi Iskandar Klas III Kotawaringin Barat (Kobar) merilis data dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOOA), bahwa curah hujan masih cukup tinggi sejak 18-20 Juni 2019 di wilayah Kabupaten Kobar dan Kalimantan Tengan pada umumnya.
“Kondisi cuaca ekstrem kali ini dipengaruhi aktivitas Madden Julian Oscalliation (MJO) pada fase basah yang diprediksi cukup signifikan dalam priode satu pekan kedepan,” ungkap Kepala BMKG Meteorologi Iskandar Kelas lll Kobar Slamet Riadi.
Slamet menjelaskan, MJO sendiri merupakan gangguan awan, hujan, angin, dan tekanan udara yang melintasi kawasan tropis dan kembali ke titik awal dalam kurun waktu rata-rata 30-60 hari.
Adanya aliran massa udara dari Samudra Hindia sebelah Barat Indonesia yang masuk ke wilayah Indonesia mengakibatkan adanya aliran udara yang intensif maka aliran uap air cukup banyak. Hal ini lah yang menyebabkan hujan cukup banyak intensitasnya pada seminggu terakhir ini.
“Meski seharusnya sudah memasuki kemarau, tetapi fenomena ini bukan hanya di Kalimantan Tengah atau di Kotawaringin Barat saja tetapi juga berdampak sampai Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan yang saat ini juga dilanda banjir, dari data radar kita curah hujan lebih banyak di wilayah Pangkalan Bun,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu ia menghimbau agar masyarakat mewaspadai sambaran petir, berteduh saat hujan, apalagi saat banjir harus mewaspadai aliran listrik. Sementara ntuk wilayah pesisir tinggi gelombang saat ini kategori menegah yaitu 1-1,5 meter, namun untuk wilayah laut Jawa bagian tengah tinggi gelombang 2 meter harus diwaspadai nelayan yang menggunakan kapal yang relatif kecil. (yus)