KUALA PEMBUANG, Kaltengekspres.com –
Produksi perikanan di Kabupaten Seruyan khususnya dari budidaya ikan bandeng mengalami peningkatan mencapai 850 ton per tahun. Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Seruyan Abuhasan Asari mengatakan, produksi ikan bandeng tersebut berasal petani tambak air payau yang berada di Kuala Pembuang.
“Ada sekitar 1.700 hektare tambak yang dikelola petani dengan rata-rata produksi 500 kilogram per tahun sehingga secara keseluruhan produksi ikan bandeng 850 ton per tahun,” katanya saat dikonfirmasi di Kuala Pembuang, Senin (2/04/2018).
Ia menerangkan, selain untuk memenuhi kebutuhan lokal, ikan bandeng yang sebagian besar dihasilkan petani tambak di wilayah Desa Sungai Undang Kecamatan Seruyan Hilir ini, juga dipasok ke luar daerah, seperti ke Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Katingan dan Palangka Raya.
“Bahkan ikan bandeng yang diproduksi petani tambak juga dipasok hingga ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan,” terangnya.
Ia mengakui, produksi ikan bandeng dapat terus ditingkatkan, karena saat ini lahan potensial untuk tambak air payau yang belum dimanfaatkan jumlahnya masih sangat besar.
“Ada lebih dari 3.000 hektare lahan yang dapat dimanfaatkan untuk tambak air payau, namun yang baru bisa dimanfaatkan petani hanya sekitar 1.700 hektare,”ujarnya.
Menurutnya, secara umum perikanan budidaya di pesisir “Bumi Gawi Hatantiring” memang belum tergarap secara maksimal.
Ada beberapa kendala sehingga menyebabkan lahan untuk perikanan budidaya belum tergarap secara maksimal, di antaranya karena prasarana usaha budidaya perikanan terutama daerah tambak banyak yang sudah rusak.
“Kemudian, kendala lain yang dihadapi dalam mengembangkan budidaya perikanan adalah masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan kelompok pembudidaya ikan dalam melakukan kegiatan budidaya perikanan,” tambahnya.
Selain itu, potensi perikanan budidaya belum tergarap secara maksimal karena kurangnya minat investor untuk menjalankan usaha perikanan di Seruyan.
Hal ini disebabkan karena masih minimnya infrastruktur di Seruyan sehingga jalur masuk ke daerah potensi perikanan masih sulit diakses.
“Ada investor yang ingin menanamkan modal, dan membuat suatu program pengembangan di suatu wilayah desa, namun, karena minimnya infrastruktur, khususnya akses jalan, menyebabkan pihak ketiga jadi menunda rencananya,”tandasnya. (vs)