PANGKALAN BUN, Kaltengekspres.com – Tak diragukan lagi, kaum muda Indonesia sudah sangat mengetahui bahwa ideologi negara ini adalah Pancasila, dan UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
Setidaknya, itu terbukti saat anggota DPR RI dan MPR RI, Rahmat Nasution Hamka, menggelar sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pangkalan Bun, Selasa (19/9/2017).
Namun, ketika diminta menyebutkan dua poin lain, selain Pancasila dan UUD 1945, sebagai bagian dari Empat Pilar Kebangsaan, para siswa itu agak tergagap.
“Empat pilar kebangsaan itu apa saja? Satu??” tanya Hamka.
“Pancasila!!” seru para siswa
“Dua??”
“Undang-Undang Dasar 1945!!”
“Tiga??”
Kelas XII IPA3 yang menjadi tempat sosialisasi saat itu tiba-tiba senyap. Para siswa terlihat ragu-ragu menjawab.
“Tiga?? NK….?
“NKRI!!!”
Begitu juga ketika anggota Komisi IV DPR RI dari daerah pemilihan Kalimantan Tengah, itu menanyakan pilar keempat kebangsaan. Tak serta-merta langsung muncul jawaban Bhineka Tunggal Ika.
Namun, meski begitu, suasana sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di MAN yang beralamat di Jalan Ahmad Yani, Pelingkau, Pangkalan Bun itu kemudian berlangsung interaktif dan dinamis. Dengan metode dialogis begitu, mereka hanya sedikit diingatkan kembali pada mata pelajaran PPKn, tentang sejarah lahirnya Pancasila sebagai ideologi negara, dan UUD 1945 sebagai konstitusi.
Menurut Rahmat, ia memang tak sekadar menjalankan kewajiban menyosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan. Tapi, juga ingin menyukseskan program wakil rakyat mengajar. “Intinya seorang wakil rakyat harus juga mampu menginspirasi, dengan gaya mengajar yang interaktif,” tutur dia.
Hidupnya diskusi membuat siswa pun tak takut-takut mengemukakan pendapatnya. Salah satunya, ketika mereka mempersoalkan hubungan idelogi agama dengan ideologi negara. “Ideologi kan susah dipaksakan,” ungkap seorang siswa.
Rahmat pun menjawab ideologi agama tak bertentangan dengan Pancasila. “Yang berlawanan itu bukan ideologi agamanya, tapi mungkin pemahaman agamanya. Keyakinan agama silakan, itu keyakinan masing-masing diri sendiri. Kita bukan negara agama, tapi negara orang yang beragama,” jelas Rahmat.
Dalam kesempatan itu, politikus PDI Perjuangan ini juga memberikan motivasi pada para siswa, untuk berani bermimpi dan memacak cita-cita setinggi mungkin.
“Jangan takut-takut! Bung Karno berkata, gantungkanlah cita-cita setinggi langit. Kalau pun tidak tercapai dia akan terjatuh di antara bintang-bintang. Jadi kalaupun tidak tercapai cita-cita, kita tetap bisa jadi orang sukses.”